Karena itu Karmijono menekankan masyarakat yang memiliki keluarga lansia yang akan berangkat berhaji untuk mempersiapkan mental orang tua jauh-jauh hari. Mereka diajak bersosialisasi dengan rekan-rekan satu rombongannya agar sudah mengenal sejak di Tanah Air.
"Pada saat manasik dan bimbingan seharusnya lansia sudah disiapkan mentalnya. Diberitahu bahwa akan melakukan perjalanan jauh. Diakrabkan dengan rekan satu rombongannya. Jika sudah ada kenalan sebelum perjalanan, mereka kemungkinan tidak akan stres karena ada teman bicara," kata Karmijono.
Dokter asal Surabaya itu mengingatkan jamaah lansia sebaiknya tidak langsung beribadah ke masjid setibanya di Tanah Suci. Sebaiknya jamaah beristirahat terlebih dulu dan makan makanan yang bergizi.
Keluarga pendamping atau rekan sekamar, kata dia, juga diminta untuk sering-sering menyapa dan mengajak berbincang. "Mereka sensitif. Ketua rombongan sebaiknya menciptakan suasana kelompok yang saling mendukung sehingga lansia tidak merasa sendiri," katanya.
Di tempat terpisah, Kepala Seksi Layanan Lansia, Disabilitas, dan PKP3JH (Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama Pada Jamaah Haji) Dokter Leksmana Arry Chandra, menjelaskan tidak sedikit jamaah lansia yang mengalami demensia ketika di Tanah Suci. Baik itu lupa nama, keluarga, maupun merasa masih berada di kampung halamannya.
Pemicu demensia, menurut dokter... Baca di halaman selanjutnya...