2. Kebajikan dan kesalehan
Kecintaan seorang Muslim kepada Allah perlahan meningkat seiring dengan persiapan menjelang perjalanan haji, dengan satu-satunya niat untuk menyenangkan Allah. Dengan kerinduan hati untuk mencapai tujuan ini, Muslim yang berangkat haji akan menjadi lebih murni dalam pikiran dan perbuatan.
Ia akan bertobat dari dosa-dosa masa lalu, mencari pengampunan dari orang-orang yang mungkin telah dicurangi atau disakiti, serta mencoba memberikan haknya kepada orang lain jika diperlukan, agar tidak pergi ke pengadilan Allah dengan beban ketidakadilan yang mungkin dilakukan terhadap sesama manusia.
"Secara umum, kecenderungan untuk berbuat baik meningkat dan kebencian terhadap kejahatan meningkat. Setelah meninggalkan rumah, semakin dekat seorang Muslim ke Rumah Allah, semakin kuat keinginannya untuk berbuat baik," ucap Abul A'la Mawdudi.
Calon jamaah haji akan selalu berhati-hati agar tidak menyakiti siapa pun dalam kesehariannya. Ia juga akan berupaya keras menghindari pelecehan, ketidaksenonohan, ketidakjujuran, pertengkaran, maupun pertengkaran, karena berjalan di jalan Allah.
Seluruh perjalanan haji merupakan tindakan ibadah. Perjalanan ini adalah perjalanan yang berkelanjutan, di mana seorang Muslim mencapai pemurnian diri yang progresif. Karena itu, dalam perjalanan ibadah ini seorang Muslim disebut dengan peziarah kepada Allah.