IHRAM.CO.ID, MADINAH -- Ulama mengatakan bahwa tawakal adalah menggantungkan hati dengan sejujur-jujurnya kepada Allah SWT dalam mendatangkan kemaslahatan, menolak kemudaratan perkara dunia atau ukhrawi, dan menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT. Takwa adalah keyakinan atau iman yang mantap bahwa tidak ada yang mampu memberi atau mengambil kecuali Allah SWT, dan tidak ada yang mampu memberikan manfaat atau menolaknya kecuali Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW berwasiat dengan wasiat yang berkah, yakni bertawakal kepada Allah SWT. Wasiat tersebut diwasiatkan oleh beliau ketika ada seorang laki-laki yang datang mengendarai unta miliknya, lalu beliau berwasiat kepadanya agar ia mengikat untanya dan bertawakal. Bahkan, Rasulullah SAW berwasiat kepada seluruh umat manusia supaya bertawakal.
Allah SWT juga mencintai orang-orang yang bertawakal sebagaimana dijelaskan dalam Surat Ali ‘Imran Ayat 159.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Fabimā raḥmatim minallāhi linta lahum, wa lau kunta faẓẓan galīẓal-qalbi lanfaḍḍū min ḥaulik(a), fa‘fu ‘anhum wastagfir lahum wa syāwirhum fil-amr(i), fa iżā ‘azamta fa tawakkal ‘alallāh(i), innallāha yuḥibbul-mutawakkilīn(a).
Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal. (QS Ali ‘Imran Ayat 159)
Pada Surat Hud Ayat 123, Allah SWT memerintahkan umat manusia untuk menyembah-Nya dan bertawakal kepada-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَلِلّٰهِ غَيْبُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاِلَيْهِ يُرْجَعُ الْاَمْرُ كُلُّهٗ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِۗ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Wa lillāhi gaibus-samāwāti wal-arḍi wa ilaihi yurja‘ul-amru kulluhū fa‘budhu wa tawakkal ‘alaih(i), wa mā rabbuka bigāfilin ‘ammā ta‘malūn(a).
Milik Allahlah (pengetahuan tentang) yang gaib di langit dan di bumi. Kepada-Nya segala urusan dikembalikan. Maka, sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Tuhanmu tidak akan lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS Hud Ayat 123)
Pada Surat Al-Furqan Ayat 58, Allah SWT juga memerintahkan umat manusia untuk bertawakal kepada Allah Yang Maha Hidup dan bertasbihlah untuk memuji-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهٖۗ وَكَفٰى بِهٖ بِذُنُوْبِ عِبَادِهٖ خَبِيْرًا ۚ
Wa tawakkal ‘alal-ḥayyil-lażī lā yamūtu wa sabbiḥ biḥamdih(ī), wa kafā bihī biżunūbi ‘ibādihī khabīrā(n).
Bertawakallah kepada (Allah) Yang Maha Hidup yang tidak mati dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya. (QS Al-Furqan Ayat 58)