Band Ruang Kosong membuktikan bahwa musik bisa menjadi ruang eksperimen yang tetap menarik dinikmati. Sejak awal, mereka tidak terikat pada formula lama, memilih jalur yang lebih bebas, liar, dan jujur pada selera pribadi. Beranggotakan Fariz Alfarieza (drummer), Wildan Kusuma (gitaris), Dicky R Dhermawan (gitaris/vokalis), dan Enggartiasto (basis), Ruang Kosong kini memasuki babak baru dalam perjalanan bermusiknya.
Setelah merilis album perdana dengan nuansa grunge yang kental, Ruang Kosong tengah menggarap album kedua. Kali ini, mereka mengusung pendekatan yang lebih beragam tanpa kehilangan karakter mentahnya. “Jadi kami sedang ngerjain progres album yang kedua. Album yang kedua ini terasa spesial karena ngeremake apa yang sebelumnya itu dilakukan, sekarang ini ada beberapa perubahan,” ujar gitaris sekaligus vokalis Ruang Kosong, Dicky R Dhermawan, pada Selasa (2/12/2025).
Dicky menambahkan, “Kita ngerjain kayak sesi akustik sama pake cello, juga di semi orkestra kecil-kecilan.” Bagi mereka, eksperimen bukan berarti meninggalkan akar musik. Justru akar itulah yang menjadi pijakan untuk melompat lebih jauh. Dicky menegaskan, Ruang Kosong tumbuh dari kultur musik rock 90-an yang lekat dengan distorsi dan emosi. Penambahan elemen akustik, cello, hingga orkestra kecil-kecilan pada album kedua bukan sekadar strategi untuk terdengar berbeda, melainkan cara untuk mematangkan musik mereka sembari tetap mempertahankan jiwa liarnya.
Lirik Pedas dan Emosi yang Tidak Ditutupi
Gitaris Ruang Kosong, Wildan Kusuma, menyebut karya mereka memang tidak dibuat untuk menjadi musik yang netral. Sejak awal, Ruang Kosong menyisipkan lirik yang ‘tidak manis-manis amat’ dan memiliki daya dobrak.
Proses Campur Aduk, Justru di Situ Keseruannya
Dalam hal proses kreatif, Ruang Kosong menganut pendekatan yang tidak terlalu kaku. Terkadang, satu lagu bisa lahir dari emosi yang campur aduk, baru kemudian dirapikan. “Kita senang proses sih, karena proses itu kita campur aduk,” jelas Dicky. “Contoh nih, kita bikin lagu ‘Harus ini, harus itu,’ jadi emosional kita itu sangat tumpah ruah gitu, terus akhirnya terjadi, baru hasil-hasilnya pasti bagus,” imbuhnya.
Inspirasi mereka seringkali muncul dari hal-hal acak. Dicky masih mengingat momen awal ia menulis lirik hanya karena melihat cerita kecil di sekitarnya. “Masih inget sih, pertama kali aku bikin lagu pribadi itu, bikin lirik itu dari pedagang. Judulnya ‘Cerita Kehidupan’, tapi nggak pernah dirilis karena lupa chord-nya kayak gimana,” ujarnya sambil tertawa.
Pernah Niat Rekaman, Efek Rusak Sehari Sebelumnya
Perjalanan Ruang Kosong tidak selalu mulus. Drummer Fariz Alfarieza menceritakan pengalaman nahas jelang rekaman akibat efek gitar miliknya yang rusak. “Jadi pernah pedalku rusak. Gara-gara itu dipinjem sama ada lah teman. Mungkin nggak tahu gimana, adapter 20V, 18V ya,” kata Fariz. “Langsung dimasukin ke efekku yang tegangannya harusnya 9V Jadi waktu aku pake, boom. Pas waktu mau record juga. H-1 record ya,” imbuhnya.
Meski mengalami kendala, mereka justru melihat hal-hal seperti itu sebagai bagian dari perjalanan. Pentingnya Ekosistem yang Mendukung Pertumbuhan Musisi Baru
Ruang Kosong juga percaya pada pentingnya ekosistem musik yang sehat, termasuk platform dan ruang yang memberi kesempatan bagi musisi baru untuk tampil dan berkembang. “Menurut saya sih bagus justru ekosistem yang seperti ini yang harus di-support dari segala lini ya. Karena bikin acara itu susah, jadi apa yang dilakukan teman-teman, aku sangat bangga sama support aja sih movement ini,” ujar Dicky. “Semoga hal ini akan terus ada dan nggak ada matinya sih,” imbuhnya.
Gitaris Wildan sepakat, menurutnya semakin banyak wadah berarti semakin besar peluang musisi untuk percaya diri dengan karyanya. “Saya rasa justru makin bikin temen-temen giat berkarya sih karena setiap dia meluncurkan karya itu, punya wadah sendiri buat promosikan karya-karya mereka. Jadi pengaruh banget ke kita,” katanya.
Pada akhirnya, Ruang Kosong bergerak dengan cara yang mereka yakini sejak awal: jujur, spontan, dan tidak takut salah jalan. Album kedua sedang diproses, pendekatan baru dicoba, namun semangat mereka tetap sama, menjadikan musik sebagai ruang tumbuh yang tidak pernah selesai. Ruang Kosong menikmati perjalanan itu sendiri, di mana proses yang terkadang campur aduk dan melelahkan justru membuat semuanya layak dijalani.






